PERAN ELIT LOKAL DALAM SOSIALISASI DAN MOBILISASI POLITIK PADA MASA TRANSISI DEMOKRASI
Main Article Content
Abstract
Praktik demokrasi dalam pemilu memiliki arti penting, karena dapat menjadi referensi kematangan berdemokrasi era reformasi. Pada arus local, praktik demokrasi sangat ditentukan oleh peran elit lokal dalam proses sosialisasi dan mobilisasi politik. Elit yang berperan adalah elit birokrasi, kepala kampung, pensiunan TNI, serta elit agama. Elit birokrasi menggalang dukungan dari PNS dan keluarganya, sedangkan kepala kampung memanfaatkan keluarga dan kliennya. Elit militer, selain keluarga inti juga client. Hasil penelitian menunjukkan elit agama berkolaborasi tokoh agama di kota memanfaatkan sentiment nilai keagamaan massa santri. Interaksi elit politik kota dan elit lokal bersifat timbal balik, sedangkan elit lokal dan massa bersifat satu arah. Jadi, elit lokal sebagai opinion leader menjadi broker antar elit kota dan massa. Temuan lain pola sosialisasi dan mobilisasi politik sangat tergantung pada kepentingan dan afiliasi politik elit. Pada akhir Orde Baru mobilisasi politik ke Partai Pemerintah sangat kuat, sedangkan pada awal reformasi sudah mengalami pergeseran pada partai berbasis agama, walaupun belum sepenuhnya berubah drastis. Mobilisasi politik yang memanfaatkan instrumen kebijakan pembangunan era Orde Baru ternyata masih berlangsung pada awal Orde Reformasi. Metode penelitian menggunakan tipe kualitatif deskriptif dengan pendekatan konstruktivis, yaitu berfokus peran elit dan aktor-aktor politik desa dengan wawancara mendalam selama 1 bulan, analisis data juga dengan kualitatif deskriptif.
Article Details
Borgatta, Edgar F (editor), 1992, Encyclopedia of Sociology, Volume 4. Maxwell Macmillan International. New York-Oxford.
Creswell, John W. 2012. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Edisi Ketiga. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Duverger, Maurice, 2002, Sosiologi Politik. Terjemahan Daniel Dhakidae, Jakarta: Rajawali.
Gaffar, Afan. 1992. Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonie Party System. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Geertz, Clifford, 1984, Abangan, Santri dan Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Terj. Basari, Jakarta, Pustaka Jaya.
Kotler-Berkowitz, Laurence A. 2001. Religion and Voting Behavior in Great Britain: A Reassessment”. (The British Journal of Political Science, Vol 31).
Kuntowijoyo, 1991, Paradigma Islam: Interpretasi untuk aksi, Bandung, Mizan.
Lipset, Seymour Martin, 1995, “The Encyclopedia of Democracy”, Congressional Quarterly,Volume III dan IV. Washington, D.C.
Mappawata, Tatjong, 1990, “Hubungan Patron Client”. (Jurnal Tamalanrea, Edisi pertama, Fisip Unhas).
Mulkhan, Abd. Munir, 1989, Perubahan Perilaku Politik dan Polarisasi Ummat Islam, 1965-1987. Jakarta: Rajawali Press.
Neuman, W. Lawrence. 2013. Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta, Edisi 7. Indeks.
Putra, Heddy S. Ahimsa, 1988, Minawang: Hubungan Patron-Klien di Sulawesi Selatan, Yogyakarta: Gama University Press.
Taqwa, Ridhah, 2010, “Demokrasi Berbisik dan Transisi Demokrasi: Konflik Politik Dalam Suksesi Elit Lokal”, Dalam A. Fajar Masyarakat Sulawesi Selatan. Yogyakarta: Diagnosa Institute Press-KAMPS.
Taqwa, M. Ridhah, 2004, “Perilaku Memilih dan Politik Kepartaian pada Pemilu 1999, Penelitian Di Desa Pinang Kab. Enrekang Sul-Sel”. (Sosiosains, Vol, 17, Nomer 3, Juli 2004).
Usman, Sunyoto. 1990. Pengaruh dan Jaringan Interaksi Elit Lokal dalam Pembangunan Pedesaan. (Perpektif No. 4, tahun 1990).
Usman, Sunyoto, 1993, “Pergeseran Varian Abangan-Santri”. Harian Republika, 5 Juni, hlm. 5.
Walinono, Hasan. 1979. Tanete: Studi Sosiologi Politik. Disertasi Sosiologi Universitas Hasanuddin.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.