Main Article Content

Dien Vidia Rosa
Hery Prasetyo

Abstract

Studi ini mengeksplorasi quasi elit perempuan adat dalam upaya memperjuangkan identitas kultural dan hak masyarakat adat Tengger melalui perspektif poskolonialisme Gayatri Spivak. Istilah quasi elit digunakan untuk menggambarkan sifat semu (secara politik) dan melekat pada posisi perempuan adat yang mampu mengelola ritual dan adat namun tidak terformalisasi secara struktural. Seringkali, kajian tentang masyarakat adat secara umum menjelaskan masyarakat adat, khususnya perempuan, sebagai yang marginal, terutama berkaitan dengan perbatasan teritorial dan penggunaan lahan, akses dan pengelolaan terhadap sumber daya, serta pemerataan hasil-hasil pembangunan. Namun, persoalan perjuangan pemimpin masyarakat adat belum banyak disinggung. Secara spesifik mengenai keterlibatan quasi elit perempuan adat dalam menyuarakan identitas kultural dan hak masyarakat adat. Penelitian ini menggambarkan kuasa dari quasi elit perempuan adat Tengger untuk meneguhkan dan melindungi identitas kultural melalui ritual dan tradisi masyarakat adat Tengger. Mbok Dhandhan merupakan figur perempuan adat yang bukan hanya membantu Romo Dukun, namun juga memastikan prosesi ritual berjalan sesuai dengan pakem adat. Selain itu, terdapat Wong Munjung, perempuan yang bertugas mengelola kebutuhan logistik agar setiap kegiatan adat terpenuhi. Studi ini berbasis pada penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka dan etnografi yang meliputi observasi dan wawancara.

Article Details

How to Cite
Rosa, D. V. ., & Prasetyo, H. . (2023). DAPATKAH QUASI ELIT PEREMPUAN ADAT BERBICARA?. Prosiding Konferensi Nasional Sosiologi (PKNS), 1(2), 139–143. Retrieved from https://pkns.portalapssi.id/index.php/pkns/article/view/103
References
Afifudin, Luqman, Fatwa Sari Tetra Dewi dan Retna Siwi Padmawati. 2018. Budaya Merokok Wanita Suku Tengger. (Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat Vol 34 No. 11 November 2018). Yogyakarta; Universitas Gadjah Mada. Diakses pada 22 Juni 2023 di https://media.neliti.com/media/publications/380301-none-fe77147e.pdf

Aliffiati dan I Ketut Kaler. 2020. Struktur Kelas dan Otonomi Perempuan Tengger Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang. (Jurnal Studi Budaya Nusantara Vol. 4, No. 1).

Anggarini, Ade Eka. 2018. Postmodernisme dan Poskolonialisme dalam Karya Sastra. (Jurnal Pujangga Vol. 4, No. 1).

Frenzia, Angela. 2021. Tradisi Petekan: Tubuh Perempuan yang Dihormati atau Dipatuhkan? Diakses pada tanggal 22 Juni 2023 di https://gshrudayana.org/2021/02/07/tradisi-petekan-tubuh-perempuan-yang-dihormati-atau-dipatuhkan/

Gramsci, Antonio. 2013. Catatan-catatan dari Penjara. Yogyakarta; Pustaka Pelajar

Istriyani, Ratna. 2021. Consuming Leisure Time. (Journal of Contemporary Sociological Issues, Vol. 1 No. 1).

Ramdhaniaty, Nia. 2018. Perempuan Adat Non Elit, Eksklusi Berlapis, dan Perjuangan Hak Kewarganegaraan atas Hutan Adat (Studi Kasus Di Masyarakat Adat Kasepuhan Karang, Lebak, Banten). Tesis. Jakarta; Universitas Indonesia.

Ramiyati, Asmi, Feri Choirun Nisa, Swa Sekar Jakti, Pande Made Kutanegara. Manifestasi Folklore Roro Anteng: Signifikansi Peran Perempuan dalam Kehidupan Masyarakat Tengger. (Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 11, No. 1).

Said, Edward W. 1978. Orientalism. New York; Pantheon Books.

Sasongko, R. Widodo Djati. 2013. Peningkatan Peran Ganda Wanita Tengger dalam Kegiatan Pariwisata Gunung Bromo. (Jurnal Cakrawala, Vol. 8 No. 1).

Setiawan, Ikwan. 2008. Perempuan di Balik Kabut Bromo: Membaca Peran Aktif Perempuan Tengger dalam Kehidupan Rumah Tangga dan Masyarakat. (Jurnal Humaniora Vol. 20, No. 2)

Spivak, Gayatri Chakravorty. 2010. Can the Subaltern Speak?: Reflections on the History of an Idea. New York; Columbia University Press.